“Secara geografis Indonesia
merupakan salah satu negara yang paling rentan dengan bencana. Berbagai ancaman
alam termasuk banjir, gempa bumi, letusan gunung berapi dapat melanda
Indonesia. Salah satunya adalah Erupsi Merapi 2010 ”
Erupsi Gunung
Merapi yang terjadi pada tanggal 26 Oktober – 6 November 2010 menyisakan
puing-puing dan kepedihan yang mendalam. Ribuan rumah hancur, rata
dengan tanah. Harta benda habis tak tersisa, hewan ternak pun mati sia-sia. Dan
ribuan warga kehilangan pekerjaan sehari-harinya. Kegiatan sektor ekonomi,
pariwisata, dan lainnya lumpuh lumpuh total. Kerugian material diperkirakan
mencapai Rp 5 triliun. Erupsi Gunung Merapi menimbulkan dampak dimana –
mana. Diantaranya adalah dampak sosial, lingkungan, kesehatan, dan
materiil. Selain itu kelelahan fisik, mental dan pikiran akan dapat memicu
gangguan kejiwaan, bahkan depresi.
Pasca Erupsi Merapi Warga Lereng Merapi
Bangkit
Bencana
telah berlalu, Aktivitas ekonomi di lereng gunung merapai berangsur normal
kembali. Warga di daerah ini berkegiatan ekonomi lagi untuk menyambung hidup
mereka setelah lebih dari satu bulan di pengungsian. warga yang rumahnya tidak
terlalu rusak mulai berjualan makanan dan minuman ringan serta kebutuhan rumah
tangga lainnya. Sedangkan warga yang rumahnya rusak parah atau hancur berjualan
dengan cara asongan karena hingga saat ini kawasan bencana Merapi tersebut
terus dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah.
“Setiap hari kami membutuhkan uang tunai
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, jika tidak mencari alternatif pendapatan
maka kami akan kesulitan,” kata salah seorang warga.
Desa wisata yang luluh lantak dan hanya menyisakan puing-puing tetap dikelola oleh warga sekitar.
Dengan keunggulan utama berupa keunikan alam pasca erupsi (tracking volcano),
warga mengelola desa wisata ini dari lokasi pengungsian.
Meski tinggal puing-puing, warga masih tetap bersemangat untuk membangun kembali desa wisatanya dan segera bangkit.
Melihat begitu besarnya semangat warga untuk lepas dari keterpurukan ini,
maka pada bulan Januari 2011 kami berinisiatif memproduksi
film dokumenter yang berjudul “Pelangi Di Merapi”
dengan harapan film ini akan memberikan wacana baru bagi para korban (Survivor)
bahwa bencana yang telah meluluh lantakkan desanya adalah ujian sesaat yang diberikan Tuhan YME
dan harus di terima dengan lapang dada. Kami percaya bahwa media audiovisual,
seperti film dokumenter, merupakan salah satu media kampanye perubahan sosial yang bisa diandalkan.
Pada konteks ini, kami menjadikan film dokumenter sebagai alat komunikasi untuk pembelajaran agar
tumbuh kesadaraan, kerelaan, keikhlasan atas bencana yang telah terjadi dan realita yang harus dihadapi.
Dengan demikian, beban psikologis seperti trauma, rasa putus asa bisa di minimalkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar